== Welcome ==

This blog 's nothing but the author's thoughts and private life, composed into text.

WARNING

contains harsh words sometimes

Hi ^^

Please read the warning before proceed

This blog Contains:


35% Life rant
60% Fangirling
5% Getting upset and swearing

Well.. Life goes up and down, doesn't it? So be careful while reading the posts!

To Love the Imperfect (1)

Part 1
"Wah untunglah kita di kelas yang sama!"
" Kyaa sekelas dengan Rei kun, lucky!"
"Sudah memutuskan mau masuk klub apa?"

Udara di luar masih dingin, kenapa kalian semua begitu bersemangat masuk sekolah? Mungkin beberapa hari kemudian kalian akan bosan karena terjebak dalam kehidupan pelajar yang berputar terus menerus.. PR, tes, kegiatan klub..
Aku menghela nafas
Ah, maaf deh kalau aku terdengar begitu sinis. Mungkin merenungi nasib adalah satu - satunya hal yang bisa kulakukan sekarang. Di saat hari pertama masuk sekolah yang sudah ditunggu semua orang, aku malah terbaring lemah di rumah sakit. Memalukan.
Apalagi aku tidak bisa menggerakkan kakiku.
Kakiku patah.
Ini semua gara - gara waktu itu. .
===
3 Bulan yang lalu
"Pulang sekolah mau ke karaoke?" aku bertanya pada teman - teman gengku"
"Eh? bukannya pulang sekolah ada bimbingan belajar?"
"Aah jangan sok alim deh kalian! Biasanya juga nggak niat. Kan nggak mungkin kita nggak naik kelas!"
"Kalau mau kamu ke karaoke sendiri aja! Kita mau belajar serius buat ujian"
Ciih ah dasar pengecut kalian semua, apanya yang belajar buat ujian?
Aku terdiam sejenak
Belajar, belajar, belajar, dan belajar lagi. Untuk apa? Mendapat ijazah? Lalu? Bekerja mencukupi keluarga? Lalu?
Rutinitas kehidupan yang tiada henti
Untuk apa?
Lagipula. .
Tidak ada yang bisa kupertahankan dari kehidupanku.. 

Malam itu aku ikut rally motor seperti biasa bersama teman - teman geng motorku. Seperti biasa. Semua seperti biasa.
Memacu laju kendaraan, sorak sorai, tertawa, gelimang cahaya malam
hingga..
Semua menjadi gelap dan setelah tersadar aku terbaring di rumah sakit
Semua terjadi begitu cepat
Teman - temanku berhamburan, bahkan orangtuaku sendiri tidak menjenguk
Oh ya kalau dipikir - pikir, sekarang mereka dimana?
Aku mengerjapkan mata
Betul kan apa yang kubilang?
Tidak ada lagi yang..

"Mizuki san, ada temanmu yang ingin menjenguk" suara perawat di luar membuyarkan lamunanku.
Teman.. ya? Bukannya aku, Takuya Mizuki,
sudah tidak punya teman lagi?
Lalu, siapa kau? Apa maumu? tanyaku dalam hati
Seraya menjawab pertanyaanku, pintu terbuka dan seorang lelaki seumuranku melangkah masuk.

"Selamat siang, Mizuki san. Aku Shin Kogami, ketua kelas 3C. Kudengar kamu belum boleh keluar dari rumah sakit karena tulangmu patah. Kami berharap kamu cepat sembuh" katanya seraya meletakkan rangkaian bunga di sebelah tempat tidurku.
"Mohon bantuannya untuk setahun kedepan ya" ia mengulurkan tangannya.

Benar - benar sosok seorang ketua kelas, pikirku. Begitu disiplin dan tertib.
Penampilannya juga rapi dan wajahnya menyiratkan kebijaksanaan.. walau mungkin ia juga memiliki bayangan masa lalu yang sama denganku.
"Ah aku juga, mohon bantuannya"aku menjabat tangannya.
Hangat.
Diam beberapa saat
"Umm Mizuki san, bisa lepaskan tanganku?" tanyanya canggung
"Eeh? maaf" kataku tersadar "Tanganmu hangat"
Aduh apa - apaan aku ini? Merasa tersentuh karena kehangatan seseorang? Mungkin? Bagiku yang berandalan ini, ini pertama kalinya ada orang yang menjabat tanganku dengan tulus.
Pertama kalinya, sejak serentetan peristiwa masa laluku yang kelam dan dingin menimpaku.
Aku berlebihan.

"Bagiku tanganmu yang terasa dingin" katanya sambil tertawa "Lebih tepatnya kita tidak tahu tangan siapa yang lebih hangat atau lebih dingin"
"Haa? Filosofi sekali"
Hening lagi. Kami tidak tahu harus membicarakan apa. Yang terdengar hanya suara angin samar yang mengetuk jendelaku.
Untuk beberapa saat kami saling melihat ke arah lain.

"Jadi.. kaki kananmu tidak bisa digerakkan lagi?"
"Iya, lumpuh seumur hidup, payah kan?"
"Jangan berpikir begitu. Dengan satu kakipun kau bisa melakukan hal2 yang luar biasa."
"Ya, kau benar.."
Aku tidak tahu harus menanggapi apa. Dia bukan orang terdekatku dan tidak mengerti situasiku. Tapi bisa kukatakan, pendapatnya memberiku sedikit harapan.
Sedikit.

"Oh baiklah, aku harus pergi sekarang"katanya menyudahi pembicaraan "Sampai jumpa Mizuki san. Jangan melakukan hal2 yang menghambat kesembuhanmu ya"
"Dasar, memang kau ibuku?"
Aku melihatnya berlalu melewati pintu kamarku yang menutup perlahan. Saat itu aku tidak mengira pembicaraan yang singkat dan canggung ini akan menjadi permulaan dari segalanya.

bersambung

No comments:

Post a Comment