== Welcome ==

This blog 's nothing but the author's thoughts and private life, composed into text.

WARNING

contains harsh words sometimes

Hi ^^

Please read the warning before proceed

This blog Contains:


35% Life rant
60% Fangirling
5% Getting upset and swearing

Well.. Life goes up and down, doesn't it? So be careful while reading the posts!

To Love the Imperfect (3)

Tap

Aku mendapati kepalan tinju itu tertahan beberapa senti dari wajah Yoshino.
"Kogami kun!"
"Ketua kelas!"
Semua melihat kaget ke arah Kogami kun.
"Hentikan ini sekarang juga" ujarnya tegas
Entah kenapa semua anggota geng cewek itu langsung melarikan diri tanpa mengucapkan apapun.

Sebenarnya aku tidak seberapa kaget karena pernah mendengar kalau keluarga Kogami memiliki peranan besar dalam saham perusahaan hampir semua siswa di sekolah ini. Karena itu mau tidak mau mereka tidak ingin berurusan dengan keluarga Kogami.

"Kau nggak apa - apa?" Kogami mengulurkan tangan ke arahku
Aku jadi sedikit teringat pada pertemuan kami yang pertama, tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk itu.

"Jelas aku nggak apa - apa, yang lebih penting, Yoshino" ujarku.
"Tapi! Mereka lebih banyak memukulmu.."
"Pukulan cewek tidak berdampak besar padaku Yoshino san. Aku sudah biasa" ujarku tersenyum pahit
"Ayo kurawat kalian di klinik sekolah. Mestinya jam segini perawat sekolah juga sudah pulang" kata Kogami sambil menyerahkan tongkat pemapahku.


===

"Ah.. maaf, sakit ya?"
Kogami menepuk - nepukkan kapas antiseptik ke pipiku dengan perlahan
"Iya memang sedikit pedih tapi bukan masalah" kataku sambil mengerang.
"Terima kasih, ketua kelas, Mizuki san. Tapi sebenarnya kalian tidak perlu bertindak sejauh itu untukku" ujar Yoshino merasa bersalah.
"Justru aku yang bodoh kalau membiarkan kamu dibully, Yoshino san. Jangan dipikirkan"
"Mizuki san benar"
"Jadi sebenarnya ada siswa yang menyebar foto clubbing mereka ke guru? Tapi mereka salah paham kalau kamulah siswa itu" tanyaku.
"Iya, padahal waktu itu, aku hanya melihat foto itu dari handphone temanku. Mungkin dia salah mengira itu handphoneku"
"Sebenarnya itu bukan masalah besar" jawab Kogami singkat
"Iya, sebenarnya mereka nggak perlu sampai berlebihan seperti ini" timpalku.
Mulai saat itu, aku merasa telah mendapat teman baik terlepas dari kejadian tidak mengenakkan yang baru saja terjadi.
Entah mengapa, aku bersyukur.

"Sudah hampir malam, ayo kita pulang sekarang" ajak Kogami sambil membawa tas.
"Umm, Kogami kun, tasku.."
"Orang terluka jangan memaksakan diri. Biar aku bawakan tasmu sampai hampir dekat rumahmu"

Kami bertiga berjalan pulang. Sepanjang perjalanan kami terus bercanda dan membicarakan hal - hal yang menyenangkan. Tentang sekolah. Tentang kehidupan.
Ini pertama kalinya bagiku. 
Aku merasa sangat bahagia.
Akhirnya kami berpisah dengan Yoshino di dekat persimpangan rel kereta api.

"Rumahku tinggal beberapa meter dari sini. Aku pulang dulu. Sampai bertemu besok" kata Yoshino sambil melangkah
"Sampai besok" kami berdua melambaikan tangan.
Saat itu kusadari wajah Yoshino memerah dan ia membalikkan tubuh dengan cepat.
Mungkin ia tertarik pada Kogami.

Kami menunggu kereta yang melintas di depan kami.
Tanpa sadar aku menoleh ke arah Kogami dan mendapatkan sosok lainnya yang tidak pernah kupikirkan.
Di balik bayang - bayang kereta api yang tengah melintas dengan cepat, tersirat wajah yang sangat teduh namun juga sangat kelam.
Matanya yang menerawang jauh tapi juga terlihat kosong dibingkai oleh kacamata yang tipis dan rambutnya yang bertiup menutupi wajahnya.
Kogami menyibakkan rambutnya dengan tangan.
Pemandangan ini.. nyaris sama seperti saat ia melepaskan kacamatanya dulu.
Sosok yang anggun
namun juga menyembunyikan masa lalu

"Ada apa? Rambutku berantakan?" tanyanya sambil menoleh ke arahku.
"Tidak.. anu" aduh, aku tertangkap saat mengamati sosoknya.

"Ru.. rumahku juga beberapa meter dari sini, Kogami kun. Aku lupa karena mengingat banyak tes yang akan diadakan minggu depan" ujarku terbata-bata
"Jadi aku pulang duluan. Sampai jumpa di sekolah, Kogami kun. Terima kasih"
Aku mengambil tasku dari Kogami.
"O..oh. Baiklah, sampai besok, Mizuki san"

Maaf Kogami, aku berbohong.
Kau tidak boleh tahu rumahku.
Benar, kau tidak boleh mengetahui masa laluku.

bersambung

No comments:

Post a Comment