== Welcome ==

This blog 's nothing but the author's thoughts and private life, composed into text.

WARNING

contains harsh words sometimes

Hi ^^

Please read the warning before proceed

This blog Contains:


35% Life rant
60% Fangirling
5% Getting upset and swearing

Well.. Life goes up and down, doesn't it? So be careful while reading the posts!

To Love the Imperfect (6) side A

Side A
Spoiler:
Lagi - lagi kepanjangan .. ga ngira bakal sepanjang ini.. lagi =_=""

Ujian yang terakhir sudah selesai..
Syukurlah akhirnya sekarang aku bisa menikmati hari - hari damai yang seperti biasa haha
"Gimana?" Shin bertanya padaku sambil mempersiapkan pelajaran berikutnya.
"Aah, kayaknya aku hanya benar setengah di nomor 4. Aku hanya pakai satu cara sih. Cara satunya harus pakai permisalan kan? Kenapa nggak ketemu?"
"Ooh, kalau yang itu memang agak sulit. Awalnya akupun nggak menyangka kalau U nya adalah salah satu faktor dari (A-B)^2 dan jika diturunkan.." ia menunjukkan coretan di kertas buramnya. Tentu saja kertas itu lebih pantas disebut catatan daripada buram.
"Aah itu!! Aduuh padahal itu soal pertama yang kita pelajari!" aku merasa kesal sekali karena bisa lupa.
"Karena pertama jadi lupa ya? Ya sudah lupakan saja" katanya sambil menimpukku dengan lembaran kertas buramnya.

Lupakan gimana? Tadinya aku mau membalas tanggapannya dengan kesal, tapi kenapa aku malah berbalik dengan cepat dan diam?
Padahal kan dia hanya menimpukku dengan buram..
Padahal aku hanya melihatnya tersenyum..
Padahal.. dia kan hanya temanku..
Belakangan perasaan aneh ini sering muncul, pikirku sambil mengingat waktu belajarku bersama Shin seminggu yang lalu.

Akhirnya aku menyempatkan diri untuk belajar bersama Shin di sebuah kafe dekat sekolah. Tapi akhirnya aku sendiri yang malah sering tidak konsen dan melihat ke arah lain atau memain - mainkan pensilku.
Pikiranku malah semakin kacau.
Karena itu aku putuskan aku akan belajar sendiri dan baru menelepon Shin kalau aku nggak bisa.
Sebenarnya aku ini kenapaa?
Semoga.. perasaan ini cepat hilang..
Aku nggak bisa kalau tiap hari merasa aneh saat memandang temanku sendiri..
Merasa aneh saat memandang Shin..

===

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi.
Aku mengambil sepatu di lokerku saat kemudian Shin menemuiku.
"Sudah selesai?"
"Sebentar" aku mengenakan sepatuku.
Sejak kejadian Yoshino, kami selalu pulang bersama. Kadang juga bersama Yoshino, tapi dia selalu pulang lebih sore karena kegiatan klubnya.
Klub musik memang selalu sibuk dan belakangan ini tambah sibuk karena mereka harus berlatih tiap hari untuk festival budaya minggu depan. Tapi karena kemarin Yoshino bercerita dengan semangat mengenai persiapan festival jadi aku nggak perlu khawatir dia akan kerepotan.

Kami berjalan dalam diam. Aku mulai terbiasa dengan keheningan ini karena Shin pada dasarnya memang pendiam dan aku juga masih nggak tahu harus membicarakan apa dengannya. Persiapan kelas untuk festival budaya? Tapi apa nggak terlalu cepat membicarakannya sekarang?

"Ah, Takuya kun, aku sampai sini dulu"
"Eh.. baiklah, tapi bukannya.."
"Iya, aku memang nggak pulang ke rumah. Aku baru ingat masih ada urusan. Maaf ya, kamu pulanglah sendiri"
"Ukh, jangan menganggapku seperti anak kecil"
"Hahaha" ia tertawa "nggak kok"
Deg. 
Detak jantungku terdengar?
"Baiklah, sampai besok" ia melambaikan tangan dan berbalik
"I.. iya sampai besok"
Aku terpaku melihatnya berjalan menjauh. 
Sebenarnya aku bermaksud untuk langsung pulang, tapi entah kenapa kali ini aku benar - benar jadi malas pulang.

===

 "Tolong satu rangkai bunga Aster" seorang pemuda menunjuk kumpulan bunga di depannya.
"Baiklah" sahut seorang wanita muda sambil berlutut dan memotong beberapa tangkai bunga yang diminta dengan perlahan.
Setelah beberapa saat, wanita itu selesai merangkai bunga.
"Semuanya 8500 yen" katanya sambil menyerahkan rangkaian.
Si pemuda mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet dan menyerahkannya. Kemudian ia menerima rangkaian bunga tersebut.
"Terima kasih banyak" kedua orang itu saling membungkuk dan si pemuda berbalik.

Kenapa toko bunga?
Aku mengintai Shin yang keluar dari toko bunga dari balik tiang listrik.
Kenapa aku malah mengikuti Shin? Ini nggak benar! Aku jadi seperti stalker cewek yang mengikuti gebetannya ke mana - mana. 
Bukannya ini menyeramkan? Eh? Apa aku pulang saja?
Nanggung, aku harus tahu apa yang akan dia lakukan dan kenapa! Aku membulatkan tekad sambil menarik topi hitamku supaya menutupi muka. 
Tapi sebenarnya sia - sia juga karena mudah sekali dikenali dengan tongkat pemapah ini..

Blazer cokelat seragam Shin sudah dilepas dan diganti dengan setelan jas. Kenapa ia berpakaian serba hitam? (Dasi dan celana seragam sekolah juga berwarna hitam)
Dan ia mau kemana? 

Tempat ini.. jangan - jangan?!

PEMAKAMAN KHUSUS FUKUI

Ternyata benar.
Aku pernah dengar pemakaman elit yang dikhususkan bagi anggota keluarga dengan nama keluarga tertentu ini, pikirku sambil melihat ke arah ukiran tulisan yang elit di atas.
Tapi aku nggak menyangka nama keluarga Kogami juga termasuk di sini?
Terlebih lagi..
siapa anggota keluarga Shin yang meninggal?

Aku mengikuti Shin menyusuri sepanjang pemakaman di bawah langit yang mulai mendung sampai akhirnya berhenti di depan suatu kuburan.
Kuburan itu tidak besar, tapi terlihat sangat megah dan desainnya elit.
Mungkin ini wujud penghormatan terakhir pada anggota keluarga yang telah berpulang.
Shin berlutut di depan batu nisan itu dan meletakkan karangan bunga di depannya.
Kemudian ia melepas kacamatanya dan berdoa beberapa saat.  

Batu nisan itu bertuliskan nama:

Shizuku Kogami

Setelah berdoa, ia membersihkan rumput - rumput dan dedaunan liar di sekitar kuburan tersebut.
Tiba - tiba ia memegangi kepalanya dan mengerang kesakitan.
Aku mulai panik.
Ada apa Shin, apa yang terjadi?

===



No comments:

Post a Comment