== Welcome ==

This blog 's nothing but the author's thoughts and private life, composed into text.

WARNING

contains harsh words sometimes

Hi ^^

Please read the warning before proceed

This blog Contains:


35% Life rant
60% Fangirling
5% Getting upset and swearing

Well.. Life goes up and down, doesn't it? So be careful while reading the posts!

Sunday, October 16, 2016

Your Lie

Just wanna make  imagine drabble based on random thoughts back then (hahah video2 suga bikin melenceng dari jurnall)
Actually I love Bangtan Boys~~ OMO they're adorablee (but my love to EXO is still much bigger~) #hah
well now let's proceed

--


YOUR LIE 

Cast:

-Min Yoongi as Suga (well of course duh)
-Oh Hae Young as you 

Other cast:
Still taehyung only cause this's just a(n unfinished) drabble anyway

"Tempat dudukmu di belakang ya" ujar guru baruku. Pekerjaan orang tua yang baru, pindah sekolah yang baru, teman - teman yang baru, lagi. Kali ini pun aku harus berusaha keras mengakrabkan diri dengan mereka.. lagi. Tolonglah aku lelah,. sebenarnya aku ingin lebih baik tidak usah berpura - pura sok akrab dengan mereka karena itu melelahkan.. tapi kalau tidak begitu, nantinya aku yang akan repot kalau tidak punya teman di kelas. Tugas di kelas 2 ini kan kebanyakan berkelompok. Aku tak mau seperti dulu, kalau berkelompok pasti tak dapat kelompok lalu akhirnya guruku akan bertanya pertanyaan yang membuatku seperti barang lelang tidak laku "ada yang kelompoknya kekurangan orang?" atau "Ada yang mau sekelompok dengan Oh Hae Young?"

Terima kasih banyak sudah 'menawarkan' diriku ke teman2 seonsaengnim. Heol.

Ah.. disitu meja yang paling tidak enak lokasinya. Pantas saja tak ada yang mau. Di sebelahku ada seorang yang sedang... tertidur? Kenapa tak ada yang menegurnya.. bahkan guruku sekalipun sepertinya tidak ada niat membangunkannya? Selain dia sepertinya teman - teman di dekatku biasa saja

"Kamsahamnida, Kim seonsaengnim" ujarku sambil mengangguk lalu mendekati kursi yang ditunjuk

Teman di depanku membalikkan badannya dan menyapaku dengan senyuman

"Halo, aku Taehyung, kau boleh memanggilku Tae2 atau apapun sesukamu. Boleh kupanggil Youngie?"

Hmm.. aku tidak terlalu suka tipe teman yang langsung berisik seperti ini.. soalnya pasti akan susah untuk mengikuti pembicaraannya (biasanya pasti cepat dan bersemangat) .Tapi bagaimanapun dia sudah meluangkan waktunya untuk mengajakku bicara dan bersikap sangat baik padaku, jadi aku juga harus melakukan hal yang sama

"Ah ya tentu saja Tae" kataku balas tersenyum "itu panggilan yang manis sekali"

Dia terlihat senang (dia memang sudah terlihat senang dari awal tapi ya sudahlah). Baguslah kalau begitu

"Kau senang di kelas ini?" tanyanya lagi

Hah.. pertanyaan apa itu.. apa kau mau aku membalasmu dengan jawaban "Tidak,, rasanya aku mau kembali saja deh ke sekolahku yang dulu. Disini tempatku di pojok, teman sebelahku tertidur dan sepertinya tak ada yang peduli padanya, dan aku tidak begitu mengerti bahasa korea (aku berasal dari Jepang) dan ada teman yang membuatku tidak konsentrasi pada pelajaran."

Hei tentu saja tidak mungkin kan..? Siapapun pasti akan menjawab "Iya tentu saja" untuk pertanyaan seperti ini

Itu hal umum. Jika menyimpang, kau hanya akan dianggap aneh

"Hehe, iya" kataku dengan nada gembira dan senyum yang sudah ratusan kali kulatih "apalagi kalau sudah ada yang mengajak berteman seperti Tae yang tampan dan ramah" tambahku

Semua orang suka dipuji. Akan sangat bagus kalau aku menambahkan pujian pada lawan bicaraku. Ini mungkin cara yang salah karena bisa membuat mereka besar kepala tapi.. setidaknya mereka bisa semakin suka padaku kan?

"Ada - ada saja" katanya sambil tertawa keras. Ups. Terlalu keras

"Kim Taehyung, Oh Hae Young, harap jangan berbicara sendiri. Sekali lagi kalian bicara sendiri akan saya minta mengerjakan soal satu bab ini semua"

Okay gertakan yang bagus. Kami langsung terdiam. Semuanya melihat kami sambil tertawa kecil

"Nanti ayo bicara lagi" kata Taehyung melalui bahunya sambil mengedip. Wah tidak kapok rupanya..

Ya.. sebenarnya aku ini merasa palsu sekali. Aku dulu dibully karena aku seorang otaku.. parah.., dan aku menyadari kalau bukan seperti ini caranya.

Orang suka dengan orang yang mirip dengannya. Suatu kelompok akan mengakui seseorang kalau kau mengatakan topik yang sama atau melakukan hal yang sama dengan mereka. Sosialita sudah menetapkan norma kelaziman dan jika kamu bertindak di luar itu, orang akan menganggapmu aneh dan menjauhimu. Jadi selama aku tetap jadi seperti apa yang mereka inginkan, aku akan baik - baik saja

Meski aku bukan diriku yang sebenarnya asal aku dilimpahi cinta dan persahabatan.. aku akan baik - baik saja

Karena itu, aku akan terus berbohong

"Hihihi"

Eh?

Aku menoleh pada suara tertawa kecil yang datangnya dari cowok di sebelahku. Anak ini kenapa tiba - tiba bangun dan menertawaiku?

Aneh

Dari awal anak ini aneh sekali. Aku menduga pasti satu kelas menjauhinya..

"Kau ini jangan suka bohong" katanya

"Ap" Oh Tuhan! Toong jangan katakan dia bisa membaca pikiranku?? "Hei apa maksudmu-"

Belum selesai aku bicara dan dia sudah tertidur kembali. Aishh!

Tuesday, October 11, 2016

Repeat watching EXO'S MONSTER guyss!!




I'm doing this for EXO, in order for the boys to get Daesang awards. They. must. Get. It. No. Matter. What

Go EXO! We're one we're EXO

Please keep doing the same, we have to reach 100 M views asap

Please watch from this site

Well does youtube freeze view count always happen that badly to us? Remember when the views freezed that day when the MV released. Did the views all count after the problem? Ah it's sucks.. I really want to support them with all I can.. but I even don't know whether my views are count or not
But still, I'll keep fighting with the rest EXO-L. Come on we CAN DO this! Go watch this for like 50 - 100 times per day

Monday, October 10, 2016

Drunk and unconscious

Because recently I hadn't made 'serious' scene in kenkoi
===

"Hah payahh"

"Akiha, kau minum terlalu banyak"

"Uhhh habisss"

entah kenapa kok daritadi aku terus marah - marah sih. Ya setidaknya aku tidak marah di depan pasien.. tapi.. uhh pasien tua tadi keterlaluan menyebalkannya
hmm.. gimana menjelasinnya ya..dia itu... argghhh

Aku mengacak2 rambutku kasar dan meneguk cepat sakeku (Ups, aku kan dulu sudah biasa minum yang seperti ini)

"Kau ini.. minum sake atau minuman beralkohol banyak - banyak tidak baik untuk hati, kau kan tahu sendiri komplikasinya" tegur Kurokawa san "haah.. lagian kau ini kan tenaga kesehatan.. kalau sampai mabuk-"

"Iya - iya aku tahu" sahutku. Aku lalu tertawa - tawa. Heh, aku sudah mulai mabuk soalnya. Yah sudahlah aku berhenti saja deh, daripada makin mabuk dan muntah - muntah..

"Kurokawa san hiks.. tunggu sebentar lagi ya" maunya menunggu supaya tidak mabuk waktu perjalanan pulang rumah. Tapi tak lama berselang aku malah menumpahkan semua kekesalanku pada rekan sejawatku ini.

"Hueee terus kau tau erghhh pasien tua sialan itu.. hahh siapa namanya, itu -"

Astaga aku sendiri bahkan tidak ingat aku bilang apa. Wah.. nama baikku sebagai apoteker pendampingnya bisa tercela.. tapi semoga dia mengira ini hanya karena mabuk. Orang mabuk kan suka meracau. Haha salahku juga sihh
untung kedai ini tampaknya sudah sepi - hahh tentu saja ini sudah jam 2 pagi - dan sedikit orang di dekat setidaknya 'aibku' aman, mungkin

"Ya, yah.. sudahlah, yang sabar, itu kan memang resiko pekerjaanmu" katanya menenangkan. Aku tidak percaya ada orang yang mau menanggapi orang mabuk sesabar ini (tapi saat itu aku yang mabuk tidak menyadarinya)

"Heh terus.." Aku menoleh menghadap Kurokawa san setelah daritadi berceloteh dengan pandangan tak tentu arah dan..lho.. lhoo?? Kenapa tiba - tiba hatiku jadi nggak jelas? Tiba - tiba merasa sedih dan mau nangis.. Aku sendiri karena tidak punya kontrol diri yang kuat saat itu, langsung menangis

"Ha- Akiha.. kenapa kau menangis??"

"Hiks.. ukh.." aah hatiku rasanya kacau sekali dan seperti diremas - remas. Banyak potongan masa lalu yang menyedihkan dan acak seakan muncul kembali tanpa bisa kutahan. Tapi di antara kekalutan itu ada rasa rindu yang kuat dan begitu hangat seakan aku bertemu dengan seseorang yang sudah lama kucari.. kenapa ini?

"A..Yukio.. Onii san"

Mata Kurokawa san terlihat kaget. Arghh kacau sekali! Yukio Onii san penolongku saat hampir tertabrak karena mabuk dulu sudah tidak tahu dimana.. dan sekarang kenapa aku malah memanggilnya dengan nama orang yang tidak dia kenal? Tidak, ini kacau sekali.. tapi..
Aku tak bisa membohongi diriku.. kalau perasaan nostalgia ini begitu kuat.. begitu familiar

Aku mendekat ke dadanya dan terisak - isak. Aku kira dia akan mendorongku menjauh .. tapi sebaliknya dia malah merangkulku dan menepuk2 kepalaku yang kini terbenam di bahunya

"Kau tetap tidak berubah ya,Reiki kun.."

Ap... apa aku salah dengar? Dia memanggil namaku persis seperti Yukio Onii san.. ini mustahil.. tidak mungkin.. tapi..

"Maaf ya" katanya lagi, entah meminta maaf untuk apa

Sambil masih terisak menahan rindu aku meremas lengan kemeja hitamnya "Yukio Onii san.. aku.. ingin bertemu lagi denganmu"

Tanpa kusadari Kurokawa san menatapku sendu lalu memandang jauh ke seberang, entah merenungi apa.

Setelah itu aku tertidur dan tak ingat apa - apa tentang kejadian itu

===

"Akiha, bangun"

"Eh.. " aku menggosok mataku "Kurokawa san, selamat pagi"

"Ya ini sudah jam 4 pagi, sebaiknya kita pulang dan beristirahat. Dan kau sudah tidak mabuk kan?"

"Oh ya,.. kataku" hmm.. kenapa mataku berair dan hidungku juga basah..?

"Kurokawa san.. apa tadi aku tanpa sadar pesan udang? Tampaknya aku jadi alergi?"

Cowok itu menatapku tak percaya.. lalu tampak merenung sedikit sebelum akhirnya menjawab

"Ah tidak kok, tadi kau tertidur pulas sekali lalu bermimpi ketemu jodohmu, seseorang yang sangat kau cintai sampai - sampai kau nangis terharu"

Wajahku agak memerah "memangnya aku mimpi sampai nangis begitu? Tak masuk akal.. lagi pula siapa dia yang sampai bikin aku menangis.. aku tak sabar ingin tahu" kataku sarkastis

"Hmm? Mungkin dia memang ada di sekitar sini?" katanya sambil melihatku tajam. Uggh senyum ituu
"Ada yang bilang jika kau memimpikan seseorang, itu tandanya kau ingin bertemu dengannya" sambungnya

"Enak saja" aku membantah

Lalu ia mendekat ke telingaku dan bergumam dengan nada rendah "tapi itu bisa berlaku sebaliknya juga"

Friday, October 7, 2016

Hoshino's muscle case

Hoshino tampak lelah sekali hari ini. Hari ini kami bertiga sibuk sekali menangani banyak pasien, tapi harus kuakui, Hoshinolah yang paling sibuk karena harus mengurusi pasien

"Kau tidak apa- apa?" tanyaku

"Ah ya.." jawabnya "cuma sedikit lelah.. dan pegal" katanya sambil memijat bahunya

"Ini, minum air yang banyak" aku menyodorkan sebotol air mineral "paling tidak dapat mengganti cairan tubuhmu dan melarutkan asam urat berlebih yang menumpuk dan bikin pegal"

Hoshino menatapku dengan mata berkilat "wow Akiha, kuakui kau tahu banyak" katanya sambil tersenyum dan mengambil botol air mineral yang kusodorkan

Ah tidak juga, batinku. Hanya sekilas ingatan dari sepatah kata ucapan dosen yang diulang berkali - kali karena ia tertarik pada kasus penumpukan asam urat, dan beberapa kasus pegal - pegal orang - orang paruh baya di sekitarku. Hal yang biasa

"Hari ini sepertinya aku bekerja berlebihan dari biasanya. Ah.. bahu dan punggungku pegal dan sakit sekali.. sebaiknya gimana?"

Kau ini.. secara tidak langsung konsultasi dan minta obat untuk swamedikasi ya, nona perawat?

"Hmm"

'Dadamu kan kecil jadi pasti bukan itu yang menyebabkan bahumu pegal'

'Biar aku pijat bahumu'

Adalah 2 kalimat dengan maksud baik dan dengan sebenar - benarnya tanpa ada maksud melenceng di baliknya yang ingin kukatakan namun kusimpan saja demi kebaikan kita bersama

"A-apa?" Hoshino merasa tidak enak karena aku melihatnya sambil berpikir

"Tidak.." gumamku "Sakit yang kali ini mengganggu sekali?" aku kembali bertanya.
Kita semua tahu kalau tidak penting tidak usah minum obat kan?

"Iya .. katanya. Mungkin kalau tiba - tiba ada keadaan darurat aku akan sulit bertindak"

Untungnya tidak ada tanda - tanda disjointed sendi atau urat dan tanda infeksi jadi aku bisa memberinya analgesik seperti paracetamol atau NSAID seperti ibuprofen.. Ah daripada itu.. aku beri sediaan topikal saja biar cepat berefek. Ia kan masih harus melanjutkan pekerjaan sampai shiftnya selesai 2 jam lagi.. berusahalah, Hoshino

"Ini kuberi obat yang spray saja biar kau gampang mengaplikasinya ke daerah punggung.." kataku. Tidak mungkin aku yang memberi obat ke punggungnya kan?

"Ah ya.. terima kasih banyak ya, Akiha" katanya dengan muka berseri - seri

"kenapa jadi formal?"

"I- itu tandanya aku benar - benar berterima kasih dan hormat .. padamu" balasnya

...

Hoshino ini tsundere sekali sih

Seperti biasa aku senang sekali melihat orang tidak kesakitan lagi. Aku sedih sekali kalau harus mendengarkan keluhan sakit seseorang baik itu dia atau kerabatnya, karena itu aku akan membantu sebisa mungkin dengan obat yang dapat kuberikan.

Apalagi Hoshino jarang sekali tersenyum seperti ini padaku. Rasanya aku benar - benar senang sekali.

"Aku akan semprot obatnya tapi kau jangan ngintip ya" katanya seraya menutup pintu kamar ganti

Susah payah aku berusaha supaya dia tidak menganggapku cowok mesum tapi tetap saja..dan lagi apa -apaan? Percaya diri sekali dia mengira bakal diintip cowok

"Siapa juga yang mau lihat tubuh kurus begitu. Banyak minum suplemen ya, Hoshino"

"Ap- Akihaaa"

Bercanda.. aku dan Hoshino rasana masih bakal butuh waktu lama untuk akrab

Vincent Batuk


Vincent datang mengunjungi rumah sakit tempat aku bekerja dan aku senang sekali kedatangan teman baikku yang lama tidak kutemui sejak S1. Tapi seperti biasa kedatangan vincent diiringi tatapan menusuk (apa cuma perasaanku?) dari dokter rekanku - Kurokawa sensei

"Halo Reikii, Kurokawa sensei. Ini kubawakan oleh - oleh dari pasienku"

Dasar psikolog tampan. Dengan senyum seksi, rambut yang dipangkas dan ditata ala model, wajah campuran eropa-asia, lesung pipi, dan deretan gigi rapi itu, tentu saja para pasiennya akan tergoda! Ah ya ditambah wangi parfum yang begitu maskulin dan atraktif itu. Dan cara berpakaiannya itu, bahu bidangnya

Tidakkah kau terlalu sempurna untuk jadi psikolog? Kau itu psikolog atau host? #dilempar

Dan..

Kenapa aku memikirkan hal yang seperti paragraf di atas? #menepis pikiran 

"Huaa Mr. psikolog handal kita datang" seruku menyambutnya gembira "terima kasiih Vincentt"

"Sama - sama.. Uhuk uhuk" dia terbatuk2 lalu berdeham membersihkan kerongkongannya

"Vincent.. kamu batuk? Sudah berapa lama?" yah aku yang punya dasar seorang care giver dan berprofesi sebagai apoteker yang semestinya membagi perhatian dan pelayanan pada sesama ini langsung tanpa sadar melakukan patient assessment.

"Ah.. tidak apa - apa, baru 3 hari.."

"Apa sangat mengganggu sampai bikin tenggorokan sakit dan mengganggu pekerjaan?"

"Ah.. iya cukup mengganggu, tapi tidak apa-"

"Batuknya batuk kering atau berdahak? Kalau batuk kering.... Vincent kau minum Capr*l? (samaran nama merek lol) kalau iya bisa jadi itu efek sampingnya. Aduuh pasien yang minum obat itu dan jadi batuk - batuk memang banyak sekali-"

"Hei Akiha" 

Aku melirik pada dokter yang tiba - tiba menyela patient assessment dadakanku dengan teman sarjana kesayanganku ini

"Bukannya bermaksud menyela, tenanglah dulu. Kau kan harus merumuskan masalahnya dulu baik - baik.. tak usah panik begitu" ia berhenti sebentar menyeruput kopi di cangkirnya "lagipula tidak mungkin di umur segini Vincent menderita hipertensi, bodoh"

Auch. Menyebut seorang tenaga kesehatan 'bodoh' itu tidak baik

"Yah sensei" balasku "tidak mustahil kan, jaman sekarang, hipertensi sudah muncul sejak umur 20 an.. lebih baik mencegah daripada mengobati kan?
Dan jangan minum kopi lebih dari 1 gelas sehari kalau tidak mau migraine atau sakit maag"

Kurokawa san membuat ekspresi -_- lalu memegang keningnya yang aku yakin sedang tidak terkena sakit kepala tipe tension apalagi migraine

"Si Vincent itu rajin berolahraga dan makan - makanan bergizi,. tentu saja tekanan darahnya normal. Tidak seperti seseorang yang hobinya makan ramen instan melulu"

"No comment" kataku. Jangan sebar aibku di depan Vincent dong

Vincent tertawa mendengar pembicaraan kami yang sebenarnya tidak terlalu penting, tapi menurut dia lucu "ahaha.. tidak apa, Reiki. Cuma batuk berdahak biasa. Tapi.. dahaknya susah sekali dikeluarkan" katanya sambil berusaha membersihkan tenggorokannya lagi

"Tidak ada demam, sesak, berkeringat di malam hari, atau hal - hal serius kan?"aku melanjutkan assessmentku

"Tidak kok"

"Haha syukurlah" kataku "karena kalau terdapat warning symptomps, aku tidak bisa menangani dan memberimu swamedikasi, aku harus merujukmu-"

"Reiki, kau menggunakan jargon medis terlalu banyak"

"-eh iya. Kau harus menemui dokter, dengan kata lain cowok ini" aku mengarahkan bola mataku ke Kurokawa san.

Aku lalu memberinya obat batuk yang tentunya mengandung ekspektoran dan campuran lainnya dengan perhitungan dosis yang selazim2nya dan sewajar2nya untuk batuknya

"Haha kalau begitu ini oleh - oleh dariku"

"Eh.. wah makasih" ia terlihat senang. Sekarang dahak kurang ajar yang menghantui tenggorokannya dan merenggut suara seksi eh suara berkarakter ala psikolognya untuk berkonseling dapat dicounter "aku harus bayar berapa?" (blak2an sekali, toh teman haha)

"Itu aku yang bayar hahaha.. impas ya, kau kan sudah bawakan aku oleh2"

===

Setelah asyik berbincang - bincang karena tidak ada pasien yang harus kami tangani, Vincent akhirnya pulang.

"Seperti biasa kau sangat perhatian ya" kata Kurokawa san sambil tersenyum tulus padaku

Aku terpaku. Senyuman yang tulus dan jarang itu terasa begitu manis dan membuat rupanya sangat elok. Meski tak memiliki perawakan dan rupa seelit Vincent, namun cukup membuat pipiku panas dan jantungku lagi - lagi berdegup..

"Memang harusnya begitu kan" balasku

Ah sial!

Kalau terus bersama dia lama - lama tekanan darahku bisa naik sungguhan karena harus memompa jantung dengan kuat terus - terusan. Beri aku Capr*l!

Masalah Hari Pertama Bekerja


Kali ini author serius. Berkat abis bertapa sehari semalam di kasur untuk merapal biofarmasi sekarang saatnya menumpahkan materi ini jadi ide sebelum menghilang datang kerjakan lupakan
Udah lama sekali ga lanjutin kenkoi. Makhlum masih cari ilmu buat lanjutin wkwk. Yah tapi pasti masih banyak kekurangan. Aku baru smt 5 sih


Eh ya.. jadi.. hari ini adalah hari pertamaku bekerja di rumah sakit swasta yang lumayan terkenal, Hoshi Byouin (RS Hoshi= bintang). Sebenarnya aku sama sekali tidak menyangka lulus wawancara dan akan mulai dipekerjakan disini sebagai apoteker pendamping dokter. Hmm.. sebenarnya aku agak kurang percaya diri. Tidak banyak rumah sakit yang menempatkan apoteker setara dengan dokter sebagai pendamping, dan lagi aku merasa ilmuku masih jauh dari cukup apalagi jika disandingkan dengan dokter yang sudah lama berpraktek disini, meski prestasiku tergolong cukup bagus.

Aku tak boleh berbangga hati dulu, harus banyak belajar lagi supaya tidak menghambat rekan – rekan sejawatku.

Aku melangkahi lorong klasik rumah sakit yang berbau antiseptik dan alat – alat steril khas rumah sakit. Lalu berdiri di depan pintu geser dengan tulisan penanda di pintunya : Dr. Kurokawa

Kurokawa saja? Nama kecilnya tidak disebut..
Sudahlah.. untuk apa aku mengurusinya.. mungkin ruangan dokter lain di rumah sakit ini juga mencantumkan nama keluarga dokternya saja

Ah.. aku gugup sekali.

Kubuka pintunya perlahan.

“Permisi”

Begitu kulongokkan kepalaku , pandanganku langsung menemui dua orang yang langsung menoleh ke arahku, pertanda aku menginterupsi apapun itu yang sedang mereka bicarakan. Seorang perawat wanita dan dokter pria – yang akan menjadi rekanku – yang umurnya sepertinya juga tidak terlalu jauh dariku. Tapi.. kenapa tampang mereka begitu? Apa – apaan?

“Ah halo rekan apoteker baru” sambut wanita itu – atau ..kubilang cewek saja karena dia seumuran denganku, sepertinya. Penampilan cewek mudah menipu- “salam kenal. Aku Anjou. Anjou Hoshino. Mohon bantuannya”

Perasaanku saja atau wajahnya agak seperti nggak suka padaku ya. Dan gaya bicaranya seakan dia lebih senior daripada aku, terlebih kesannya menunjukkan kalau dia lebih dekat dengan sang dokter daripada aku. Ah ya tentu saja.. ini hari pertamaku bekerja, baik – baiklah sedikit setidaknya pada rekan sejawatmu yang akan bermitra bersamamu entah sampai kapan..

“Hai” terdengar sang dokter ikut menyapa walau tampak enggan “Aku Kurokawa. Mohon bantuannya”
Yang ini tampaknya cowok yang masih sangat muda namun terlihat sangat berpengalaman dan meyakinkan. Auranya sangat kalem dan acuh. Dia juga tidak menyertakan titel 'dokter' nya?

“Salam kenal” Ah ya aku belum memperkenalkan diri.. harusnya aku lakukan saat pertama kali masuk ruangan inii 
“Saya Akiha Reiki, mohon bantuannya ya”

Aku membungkukkan tubuh dan mereka membalasku. Si perawat – Anjou san – lalu mendekat pada si dokter sambil membisikkan sesuatu yang tak dapat kudengar. Setelah berbisik2 untuk beberapa saat, mereka menyudahi ‘rapat rahasia mereka yang tampaknya aku tidak boleh tahu’ itu.

“Oh ya dokter, ada pasien yang kondisinya ingin aku tanyakan” katanya

“Hmm?”

“Nn. Makoto yang baru saja kuberi injeksi teofilin karena asma.. entah kenapa sampai beberapa jam setelah injeksi obatnya belum menghasilkan efek.. aku juga bingung kenapa, bisa coba dokter temui pasien dan periksa?”

“Oh ya”

..haruskah aku ikut? Aku kan rekan dokter sebaiknya aku juga ikut kan? Tapi.. e-

“Kau juga ikut” perintah Kurosaki san singkat padaku

“Ah baik”. Yah untunglah sepertinya cowok ini pintar membaca keadaan

===

“Kau yakin cara injeksimu sudah benar kan? Ini intravena, bukan intramuskular apalagi subkutan” kata Kurosaki san sambil merenung. Tampaknya ia mencetuskan hal itu bukan karena ia tidak yakin pada perawat itu – cewek itu sepertinya perawat kepercayaannya di seluruh rumah sakit ini.. sepertinya sih. Itu semata – mata karena ia ingin memastikan minimalnya kesalahan dari segala aspek, salah satunya tenaga medisnya.

“Hai sensei, jangan anggap saya masih di sekolah keperawatan. Anda pikir sudah berapa lama saya melakukan injeksi dengan segala cara pemberian (rute) pada pasien? Apalagi pemberian iv bolus seperti ini kan sering sekali-“

“Oke – oke aku tidak menyalahkanmu” sahut si dokter yang sepertinya terganggu dengan kecerewetan si cewek perawat. Hmm.. cewek ini meski terlihat jutek begitu.. mungkin aslinya cerewet kalau dengan orang yang dia kenal. Padahal bicara dengan bahasa formal begitu tapi isi pembicaraannya bukan seperti atasan dan bawahan lho..

“Pasien yang sama seperti dia, penderita asma juga, Nn. Takamatsu sudah saya injeksi juga dan efeknya terlihat selang beberapa waktu. Obat dan dosisnya sama kok. Anda kan tahu saya selalu mengecek label obat dengan benar dan mengambilnya dengan spuit tepat-“

“Iya cukup aku mengerti” jawab sang dokter dan membuat perawat itu terdiam. Lama ia berpikir
Ah.. aku tahu kasus ini. Kasus ini memang tergolong ‘aneh’ dan yang memberitahuku dulu adalah dosen yang mengajarku mata kuliah biofarmasi. Ini..

“Perbedaan kompartemen”

Sang dokter langsung melihat ke arahku dengan tatapan agak terkejut lalu menunjukkan raut wajah tidak suka. Waduh..

“Sebaiknya kau tidak usah sok tahu”

Aku terdiam. Bukan karena merasa tertuduh tapi karena sadar perbedaan strata dokter dengan apoteker. Hah.. tuh kan. Apanya yang sederajat? Apanya yang bertugas menyarankan dosis atau penggantian obat dan menjelaskan hal – hal tentang obat pada dokter? Pada akhirnya tetap saja dokter selalu mengelak jika kami memberi rekomendasi.. atau lebih parah bisa berbalik memarahi kami karena dianggap tak tahu tempat

“Coba injeksikan lagi dengan dosis yang sama dari obat tadi, lalu coba kita ambil darahnya setiap beberapa jam dan cek kadarnya untuk menentukan apa tetap tidak bioekivalen” kata sang dokter “bisa jadi tadi ada kesalahan pemberian atau pada obatnya”

Tidak seperti yang kusangka, Hoshino san langsung menurut dan pergi menjalankan tugasnya.  Dr. Kurokawa menunduk agar sejajar dengan pasiennya yang sedang terduduk sambil menumpangkan tangannya pada kepala pasiennya seraya berkata “tenanglah, kami akan menangani asmamu” katanya lembut.

...

Aku benar – benar tak percaya. Baru saja kulihat sesosok pria yang sangat perhatian dan lembut, menenangkan pasien dan menepuk kepalanya begitu perlahan seakan sangat rapuh. Ia seakan mencurahkan segenap perhatian dan keinginannya untuk menyembuhkan pasien. Mungkinkah sebenarnya ia..

“Akiha”

“Ah.. ya?”

“Nanti kau hitung data kadar obat dalam plasma pasien dan simpulkan kenapa obat tidak mencapai efek terapi yang diharapkan”

“Baik”

Kulihat lagi pasien tadi. Mengambil darahnya tiap beberapa jam?


Kurasa, sebaiknya tidak perlu. Aku tahu kenapa pasien ini tidak mendapatkan efek obat. Tidak perlu mengambil darahnya sesering itu hanya untuk mengetahui alasannya kok. Tapi.. bagaimana aku harus mengatakannya pada dokter rekanku yang sepertinya tidak ingin aku berkedudukan sejajar dengannya?

bersambung