== Welcome ==

This blog 's nothing but the author's thoughts and private life, composed into text.

WARNING

contains harsh words sometimes

Hi ^^

Please read the warning before proceed

This blog Contains:


35% Life rant
60% Fangirling
5% Getting upset and swearing

Well.. Life goes up and down, doesn't it? So be careful while reading the posts!

Friday, October 7, 2016

Masalah Hari Pertama Bekerja


Kali ini author serius. Berkat abis bertapa sehari semalam di kasur untuk merapal biofarmasi sekarang saatnya menumpahkan materi ini jadi ide sebelum menghilang datang kerjakan lupakan
Udah lama sekali ga lanjutin kenkoi. Makhlum masih cari ilmu buat lanjutin wkwk. Yah tapi pasti masih banyak kekurangan. Aku baru smt 5 sih


Eh ya.. jadi.. hari ini adalah hari pertamaku bekerja di rumah sakit swasta yang lumayan terkenal, Hoshi Byouin (RS Hoshi= bintang). Sebenarnya aku sama sekali tidak menyangka lulus wawancara dan akan mulai dipekerjakan disini sebagai apoteker pendamping dokter. Hmm.. sebenarnya aku agak kurang percaya diri. Tidak banyak rumah sakit yang menempatkan apoteker setara dengan dokter sebagai pendamping, dan lagi aku merasa ilmuku masih jauh dari cukup apalagi jika disandingkan dengan dokter yang sudah lama berpraktek disini, meski prestasiku tergolong cukup bagus.

Aku tak boleh berbangga hati dulu, harus banyak belajar lagi supaya tidak menghambat rekan – rekan sejawatku.

Aku melangkahi lorong klasik rumah sakit yang berbau antiseptik dan alat – alat steril khas rumah sakit. Lalu berdiri di depan pintu geser dengan tulisan penanda di pintunya : Dr. Kurokawa

Kurokawa saja? Nama kecilnya tidak disebut..
Sudahlah.. untuk apa aku mengurusinya.. mungkin ruangan dokter lain di rumah sakit ini juga mencantumkan nama keluarga dokternya saja

Ah.. aku gugup sekali.

Kubuka pintunya perlahan.

“Permisi”

Begitu kulongokkan kepalaku , pandanganku langsung menemui dua orang yang langsung menoleh ke arahku, pertanda aku menginterupsi apapun itu yang sedang mereka bicarakan. Seorang perawat wanita dan dokter pria – yang akan menjadi rekanku – yang umurnya sepertinya juga tidak terlalu jauh dariku. Tapi.. kenapa tampang mereka begitu? Apa – apaan?

“Ah halo rekan apoteker baru” sambut wanita itu – atau ..kubilang cewek saja karena dia seumuran denganku, sepertinya. Penampilan cewek mudah menipu- “salam kenal. Aku Anjou. Anjou Hoshino. Mohon bantuannya”

Perasaanku saja atau wajahnya agak seperti nggak suka padaku ya. Dan gaya bicaranya seakan dia lebih senior daripada aku, terlebih kesannya menunjukkan kalau dia lebih dekat dengan sang dokter daripada aku. Ah ya tentu saja.. ini hari pertamaku bekerja, baik – baiklah sedikit setidaknya pada rekan sejawatmu yang akan bermitra bersamamu entah sampai kapan..

“Hai” terdengar sang dokter ikut menyapa walau tampak enggan “Aku Kurokawa. Mohon bantuannya”
Yang ini tampaknya cowok yang masih sangat muda namun terlihat sangat berpengalaman dan meyakinkan. Auranya sangat kalem dan acuh. Dia juga tidak menyertakan titel 'dokter' nya?

“Salam kenal” Ah ya aku belum memperkenalkan diri.. harusnya aku lakukan saat pertama kali masuk ruangan inii 
“Saya Akiha Reiki, mohon bantuannya ya”

Aku membungkukkan tubuh dan mereka membalasku. Si perawat – Anjou san – lalu mendekat pada si dokter sambil membisikkan sesuatu yang tak dapat kudengar. Setelah berbisik2 untuk beberapa saat, mereka menyudahi ‘rapat rahasia mereka yang tampaknya aku tidak boleh tahu’ itu.

“Oh ya dokter, ada pasien yang kondisinya ingin aku tanyakan” katanya

“Hmm?”

“Nn. Makoto yang baru saja kuberi injeksi teofilin karena asma.. entah kenapa sampai beberapa jam setelah injeksi obatnya belum menghasilkan efek.. aku juga bingung kenapa, bisa coba dokter temui pasien dan periksa?”

“Oh ya”

..haruskah aku ikut? Aku kan rekan dokter sebaiknya aku juga ikut kan? Tapi.. e-

“Kau juga ikut” perintah Kurosaki san singkat padaku

“Ah baik”. Yah untunglah sepertinya cowok ini pintar membaca keadaan

===

“Kau yakin cara injeksimu sudah benar kan? Ini intravena, bukan intramuskular apalagi subkutan” kata Kurosaki san sambil merenung. Tampaknya ia mencetuskan hal itu bukan karena ia tidak yakin pada perawat itu – cewek itu sepertinya perawat kepercayaannya di seluruh rumah sakit ini.. sepertinya sih. Itu semata – mata karena ia ingin memastikan minimalnya kesalahan dari segala aspek, salah satunya tenaga medisnya.

“Hai sensei, jangan anggap saya masih di sekolah keperawatan. Anda pikir sudah berapa lama saya melakukan injeksi dengan segala cara pemberian (rute) pada pasien? Apalagi pemberian iv bolus seperti ini kan sering sekali-“

“Oke – oke aku tidak menyalahkanmu” sahut si dokter yang sepertinya terganggu dengan kecerewetan si cewek perawat. Hmm.. cewek ini meski terlihat jutek begitu.. mungkin aslinya cerewet kalau dengan orang yang dia kenal. Padahal bicara dengan bahasa formal begitu tapi isi pembicaraannya bukan seperti atasan dan bawahan lho..

“Pasien yang sama seperti dia, penderita asma juga, Nn. Takamatsu sudah saya injeksi juga dan efeknya terlihat selang beberapa waktu. Obat dan dosisnya sama kok. Anda kan tahu saya selalu mengecek label obat dengan benar dan mengambilnya dengan spuit tepat-“

“Iya cukup aku mengerti” jawab sang dokter dan membuat perawat itu terdiam. Lama ia berpikir
Ah.. aku tahu kasus ini. Kasus ini memang tergolong ‘aneh’ dan yang memberitahuku dulu adalah dosen yang mengajarku mata kuliah biofarmasi. Ini..

“Perbedaan kompartemen”

Sang dokter langsung melihat ke arahku dengan tatapan agak terkejut lalu menunjukkan raut wajah tidak suka. Waduh..

“Sebaiknya kau tidak usah sok tahu”

Aku terdiam. Bukan karena merasa tertuduh tapi karena sadar perbedaan strata dokter dengan apoteker. Hah.. tuh kan. Apanya yang sederajat? Apanya yang bertugas menyarankan dosis atau penggantian obat dan menjelaskan hal – hal tentang obat pada dokter? Pada akhirnya tetap saja dokter selalu mengelak jika kami memberi rekomendasi.. atau lebih parah bisa berbalik memarahi kami karena dianggap tak tahu tempat

“Coba injeksikan lagi dengan dosis yang sama dari obat tadi, lalu coba kita ambil darahnya setiap beberapa jam dan cek kadarnya untuk menentukan apa tetap tidak bioekivalen” kata sang dokter “bisa jadi tadi ada kesalahan pemberian atau pada obatnya”

Tidak seperti yang kusangka, Hoshino san langsung menurut dan pergi menjalankan tugasnya.  Dr. Kurokawa menunduk agar sejajar dengan pasiennya yang sedang terduduk sambil menumpangkan tangannya pada kepala pasiennya seraya berkata “tenanglah, kami akan menangani asmamu” katanya lembut.

...

Aku benar – benar tak percaya. Baru saja kulihat sesosok pria yang sangat perhatian dan lembut, menenangkan pasien dan menepuk kepalanya begitu perlahan seakan sangat rapuh. Ia seakan mencurahkan segenap perhatian dan keinginannya untuk menyembuhkan pasien. Mungkinkah sebenarnya ia..

“Akiha”

“Ah.. ya?”

“Nanti kau hitung data kadar obat dalam plasma pasien dan simpulkan kenapa obat tidak mencapai efek terapi yang diharapkan”

“Baik”

Kulihat lagi pasien tadi. Mengambil darahnya tiap beberapa jam?


Kurasa, sebaiknya tidak perlu. Aku tahu kenapa pasien ini tidak mendapatkan efek obat. Tidak perlu mengambil darahnya sesering itu hanya untuk mengetahui alasannya kok. Tapi.. bagaimana aku harus mengatakannya pada dokter rekanku yang sepertinya tidak ingin aku berkedudukan sejajar dengannya?

bersambung

No comments:

Post a Comment