== Welcome ==

This blog 's nothing but the author's thoughts and private life, composed into text.

WARNING

contains harsh words sometimes

Hi ^^

Please read the warning before proceed

This blog Contains:


35% Life rant
60% Fangirling
5% Getting upset and swearing

Well.. Life goes up and down, doesn't it? So be careful while reading the posts!

Tuesday, July 8, 2014

Patient Switch

Yak inilah cerpen yang saya bilang sebelumnya (?) Gatau kenapa mau kasih judul ini.. Sukima switch? Asoy
70% fiksi dari atas sampe bawah
Warning madness n yandere ahead
N gaje




Sampai selama ini aku selalu bersabar. Kadang kadang teman sekelasku itu menyebalkan. Mereka orang orang yang nggak tahu rasa sakit atau dendam. Oke, aku selalu melindungi diriku dengan minta maaf, bahkan meski aku nggak salah. Tapi aku memperhatikan ketika aku minta maaf, mereka akan merasa semakin sok dan melihatku rendah. Memuakkan.

Ketika aku sendirian, mereka tidak melihatku.
Ketika aku mendekat, mereka menjauhiku.
Ketika mereka dipaksa menerimaku, mereka menolakku keras. Mana mereka peduli pada deritaku..

Aku bersabar

Tapi belakangan aku sudah tidak banyak bergaul dengan orang orang seperti itu. Tak ada gunanya.

Yang jadi pikiranku sekarang itu ayah.. ah.. ada perlunya lagikah aku memanggilnya 'ayah' ? Sebutan yang lebih layak diberikan pada guru di sekolah daripada dia. 'Ayah' tak pernah mau mengerti aku. Apapun yang kulakukan salah. Salah, salah, semua salah. Aku tidak diberi kebebasan dalam segala segi, dari waktu, pilihan, dan bahkan pendapat. Aku hanya boleh mengucapkan hal yang dia sukai saja.

Aku bersabar

'Ayah' selalu marah, meski dia kemudian selalu mengeluhkan kenapa aku selalu membuatnya marah? Kenapa aku tidak pernah mau menurutinya. Kenapa susah sekali mengaturku. Kenapa aku salah. Kenapa. Kenapa.

Aku terus menahan diri. Pernah sekali dia membuatku kesal sampai aku tidak tahan lagi dan mulai mengambil bolpoin untuk menusuk nusuk bonekaku. Bolpoinku sampai rusak, isi kepala bonekaku berhamburan. Tidak aku belum puas. Aku menendang nendang barang di kamarku sambil tertawa seolah aku sudah gila. Dan saat itu 'ayah' memaksaku untuk membuka pintuku dan dengan sekuat tenaga menahan diri  aku berkata "tolong, aku sudah tak bisa sabar lagi.Ayah membuatku lelah".

Dan ia, seperti biasa, merasa benar. "Yang harusnya sakit hati itu aku! Kamu nggak pernah bisa.."
Blam.
Pintu kututup
Omong kosong lagi

Aku lelah bersabar





Hari ini aku menawarkan diri menyetir mobil untuk mengantar ibuku kontrol ke dokter. Di tengah gang yang sempit aku melihat seekor anak kucing kecil di tengah jalan.
Ah bahaya, pikirku.
Aku berhenti dan menjalankan mobil sepelan yang aku bisa ketika suara kesal muncul di belakangku "Hei, jangan menghindari kucing itu, manti mobilmu menggores mobil di dekatmu dan kamu harus membayar biaya perbaikannya!"
Hah?
Aku harus bagaimana..? Di sebelahku juga ada mobil, aku harus apa?
"Haaah kamu nggak bisa melakukan in" dengan kasar ia membuka pintu mobil dan menyuruhku keluar. Setelah itu ia membelokkan mobil itu dan menjalankannya beberapa meter sambil terus berkata "kamu nggak bisa nyetir ya hah? Gak becus amat?"

Cukup, aku tak bisa bersabar lagi

Di saat aku sudah benar benar todak niat menyetir, dia turun dan menyuruhku menjalankan mobil kemudian menutup pintu dengan keras, aku merasa kakiku tergores pintunya. Sakit.
Hatiku sakit.
Kepalaku terus berdenyut

Sudah batasnya

Aku mencoba menenangkan diri sambil berpikir "Aku merasa masih lebih memiliki hati manusia yang nggak ingin kucing itu terlindas daripada mengkhawatirkan goresan pada mobil dan perbaikan".
Tanpa kusadari sebutir air mata turun di pipi kiriku. Miris. Apa yang membuat hati manusia seperti ini?
Kusadari kalau aku benar.

Tapi kesialanku bukan sampai di situ saja. Saat akan berpindah jalur, sebuah truk yang tidak mau mengalah tiba tiba menyalip dari belakang. Spontan aku mengentikan mobilku dan 'ayah'ku menendang bagian belakang kursiku seolah mengatakan "anak sialan, barusan juga kubilang apa?"

Aku sudah mencapai batasku.

Aku tersenyum

Jangan salahkan aku.

Aku sudah bersabar.. hahahaha.. haHAHA

Dengan liar aku menikung tajam dan membuat orang orang melarikan diri sambil membunyikan klakson

"Kau gila??"
"Hei bahaya!"

Aku terus tertawa.. gila? Bahaya? Hahahaha

Dengar pecundang penyuka aturan konyol

MASA
BODO

Ahahaha.

Ibuku terus menjerit ketakutan.Mobilku menabrak satu mobil yang tak sempat melarikan diri.
Braaak

h sorry" kataku ringan sambil tancap gas. Aku berniat memasuki kawasan pom bensin ketika ibuku menjerit "jangaaan".

BRAK
CKIT

Ah.. obilku hanya menabrak tembok.. payah, pikirku.

"Ada apa denganmu.." ibuku berhenti bicara ketika melihat mukaku. "A... aah".
Hei memang ada apa dengan mukaku?

Siapa peduli?

Aku membanting pintu belakang dan langsung meninju perut 'ayah' ku. Duagh. Masih belum cukup!

Sebenarnya dia melawan tapi wah.. aku tidak bisa berhenti. Sensasi ini.. bunyi kepalan tinju yang menghantam sesuatu dan bergema.. warna merah ini. Aku merasa jauh lebih kuat.

Aku.. tak bisa dihentikan.
***

Ibuku terperangah menyaksikan aku menjatuhkan tubuh tak bernyawa 'ayah'ku ke luar mobil. Ia terus bergidik sambil mundur sementara aku mendekatinya

Ketika dia terpojok, aku berkata"Bu, maaf ya" aku tertawa..

Maaf? Apanya??

"Sebaiknya ibu lari, supaya tidak dikira pembunuh, ya?" Kataku sambil mengusap pipinya dan meninggalkan bekas merah darah di sana. Ibuku semakin pucat dan setelah melihatku terakhir kali, ia tunggang langgang melarikan diri.
Aku duduk dan menghela nafas "kurasa aku ak perlu kabur kemanapun lagi"
Aku Melihat ke arah tubuh 'ayah'ku.

Aah.. nostalgia nih.. dulu hal ini juga terjadi. saat ada suara yang mengatakan 'aku tak bisa bersabar lagi', seketika pikiranku gelap dan.. tiba aku berdiri di depan tumpukan tubuh teman teman sekelasku dengan tangan merah begini...

Aku menatap jari jari tanganku yang berlumuran darah dan menjilatnya

".."

Wajahku pasti aneh juga sekarang.Ngomong ngomong aku sempat tahu wajahku ini seperti apa. Bengis sekali. Sesaat sebelum aku membunuh mereka, mereka terus menjerit ketakutan "Mukamu, mukamu seperti setan!" "Menakutkan sekali!!" "Jangan mendekat"
Toh siara suara itu hilang juga dalam sekejab.

***

"Menyetirnya leih hati hati lagi, kurangi kecepatan!" terdengar suara kesal di belakangku.seketika aku tersadar..
 itu... lamunanku?

Tanpa sadar aku meghembuskan nafas, namun lagi lagi 'ayah'ku marah.
"Apa apaan kamu nafas berat begitu? Kamu Membantahku?"
Aku hanya bisa menghujamkan kukuku dengan kesal pada setir.

Mungkin aku tidak akan membunuh kalian.. tapi aku tidak akan memaafkan kalian
Eh? Tindakanku 'tidak benar?'
Waah maaf, bagiku 'salah dan 'bena' itu relatif. Manusia cenderung menempatkan hal yang nyaman buat dirinya sebagai hal yang 'benar'
Padahal semua itu kan sama saja...

Jika kamu membaca ini, diari ini sebenarnya ditulis oleh dirimu di masa depan. Aku di masa depan mengira itu hanya lamunanku, tapi sebenarnya itu adalah englihatan kalau kau akan menjadi pembunuh haus darah kalau sudah kehilangan kesabaran. Karena itu berhati hatilah, diriku di masa lalu. Maaf kalau aku membuatmu bingung.

End

No comments:

Post a Comment